Banyak metode mengangkat nama dan gengsi negara di mata dunia. Satu di antaranya melalui gelanggang olahraga.
Lihat saja negara-negara kecil yang popularitasnya lantas meroket ketika berhasil tampil di Piala Dunia. Negara itu tiba-tiba tak lagi sekadar spot kecil di peta dunia.
Tak heran, negara-negara berlaga-pertandingan mengukir prestasi melalui olahraga, mulai sepak bola yang paling populer, atletik, tinju, bulutangkis, tenis, F1, motogp, renang, sampai tenis. Tak terkecuali Indonesia.
Indonesia punya banyak atlet yang mendunia, terpenting di gelanggang bulutangkis, yang menjadi olahraga andalan dan rutin menyabet medali emas di gelanggang olimpiade. Indonesia dikenal sebagai salah satu energi bulutangkis dunia, walhasil senantiasa punya superstar dari masa ke masa.
Indonesia juga tangguh di cabang olahraga angkat besi sampai panjat tebing. Atlet berbakat terus lahir dari generasi ke generasi.
Dalam rangka ulang tahun ke-8 Bola.com yang jatuh pada Jumat (28/4/2023), kami akan menyampaikan review delapan atlet Indonesia yang berimbas dan mendunia dalam satu dekade terakhir. Daftar ini tak menyertakan atlet dari sepak bola, sebab dibuat melalui tulisan terpisah.
1. Liliyana Natsir
Pengaruh besar Liliyana Natsir di bulutangkis Indonesia atau dunia tak perlu diragukan. Dia telah menyampaikan banyak gelar bergengsi dan mengukir prestasi yang benar-benar membanggakan, termasuk medali emas di Olimpiade 2016.
Apresiasi atas sepak terjang Liliyana Natsir juga datang dari Federasi Bulutangkis Dunia (BWF), yang memberikan penghargaan Hall of Fame. Penghargaan ini menjadi apresiasi kepada prestasi besar yang diraih pebulutangkis yang karib disapa Butet itu di jenjang dunia.
Penyerahan penghargaan prestisius dari BWF itu digelar di jeda-jeda pertandingan semifinal Indonesia Open 2022. Dalam acara yang berlangsung di Istora gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Sabtu (18/6/2022), pebulutangkis spesial ganda campuran itu mengaku kaget ketika menerima anugerah bergengsi dari BWF.
Rasanya bersuka ria. Tak mengira dapat meraih gelar ini. Saya kira, saya mendapatkannya nolimit city slot demo bersama Tontowi Ahmad, melainkan ternyata saya sendiri, ujar Liliyana Natsir di Istora Gelora Bung Karno.
Butet merasa Tontowi Ahmad yang menjadi partnernya selama sebagian tahun terakhir untuk mengejar seperti itu banyak prestasi, termasuk hattrick All England dan medali emas Olimpiade 2016, juga pantas untuk menerima penghargaan yang sama.
Saya merasa Tontowi nantinya akan menyusul, mengingat ketika ini hanya saya dan Zhao Yun Lei yang menerima gelar anugerah dari BWF pada tahun ini, lanjut Liliyana Natsir.
Liliyana menjadi pebulutangkis putri kedua dari Indonesia, sesudah Susy Susanti, yang berhasil meraih penghargaan Hall of Fame dari BWF ini.
Bagi saya penghargaan ini bermakna besar, mengingat prestasi saya dihormati dunia. Saya menampilkan diri pantas diperhitungkan dan diharapkan penghargaan ini memberikan semangat untuk generasi muda agar terus berprestasi mengharumkan Indonesia, ujarnya.
Prestasi Liliyana Natsir di dunia bulutangkis terbilang apik, mengingat banyak gelar mayor telah diraih, di antaranya hattrick di All England bersama Tontowi Ahmad, medali emas Olimpiade Rio 2016, dan empat gelar pemenang dunia.
Butet malahan menjadi orang Indonesia ke-10 yang masuk dalam daftar penerima penghargaan elite BWF Hall of Fame.
Adapun sembilan pebulutangkis legendaris Indonesia yang telah masuk BWF Hall of Fame terpenting dahulu adalah Rudy Hartono, Dick Sudirman, Christian Hadinata, Liem Swie King, Susy Susanti, Tjun Tjun, Johan Wahjudi, Rexy Mainaky, dan Ricky Soebagdja.
2. Eko Yuli Irawan
Angkat besi menjadi salah satu cabang olahraga di Indonesia yang rutin menkonyumbang medali di Olimpiade. Satu di antara lifter Indonesia yang tetap menyumbang medali di Olimpiade adalah Eko Yuli Irawan.
Ya, Eko Yuli menang belum pernah meraih emas. Namun, sempurna ia telah menyampaikan empat medali di gelanggang olimpiade. Malahan, Eko dilabeli legenda olahraga Indonesia.
Via angkatan 137kg di snatch dan 165kg di clean and jerk dengan sempurna 302kg, Eko Yuli berhasil menyampaikan medali perak untuk Indonesia di Olimpiade Tokyo 2022.
Namun membanggakan, mereka bilang saya termasuk sebagai legenda. Bisa empat kali meraih medali di Olimpiade. Pekan benar-benar luar umum bagi saya. Apakah saya telah pantas dianggap seperti itu? kata Eko Yuli dalam wawancara eksklusifnya bersama Bola.com, Walaupun (1/8/2021).
Atribut legenda untuk Eko Yuli didasari oleh torehan tinta emasnya di Olimpiade. Lifter asal Metro, Lampung ini menjadi satu-satunya atlet Indonesia yang mampu mendulang empat medali dalam empat Olimpiade beruntun.
Eko Yuli merebut medali perunggu di Olimpiade Beijing 2008 dan Olimpiade London 2012. Prestasi atlet berusia 32 tahun itu meningkat ketika merengkuh medali perak di Olimpiade Rio 2016 dan Olimpiade Tokyo 2020.
Di sisi lain, saya masih belum dapat menyampaikan medali emas. Namun saya sebagian kali menerima medali yang lain. Dalam hati saya, namanya atlet, inginnya seandainya dapat merebut medali emas agar dapat lebih komplet, ucap Eko Yuli.
Namun saya rasakan seperti itu. Bagi yang lain, mungkin yang pernah menerima medali emas, itu pasti luar umum. Untuk saya, referensinya dengan medali emas. Kampiun untuk edisi ini, saya belum meraihnya, jelas lifter kelahiran 24 Juli 1989 ini.
Di usianya yang telah menginjak 33 tahun, Eko Yuli masih belum berharap berhenti. Tak Dunia angkat besi 2018 di Ashgabat, Turkmenistan itu akan mencoba lolos ke Olimpiade Paris 2024 demi tujuan yang membuatnya penasaran selama ini: medali emas.
Tak tahu untuk nanti, edisi selanjutnya sebab memang dari segi umur, saya tak muda lagi. Kampiun saya akan tetap mencoba untuk berjuang di babak kualifikasi. Saya akan lihat, apakah masih dapat bersaing atau tak, imbuh Eko Yuli.
Eko Yuli adalah satu di antara lifter terbaik di dunia. Atlet dengan kepribadian ramah dan rendah hati ini adalah pemegang rekor dunia untuk angkatan clean and jerk di kelas 61kg putra dengan beban 174kg.
3. Aries Susanti Rahayu
Aries Susanti Rahayu berada di pusat sorotan pada 2019. Dia dijuluki Spiderwoman, alias sang wanita laba-laba. Aries menjelma menjadi pahlawan dan pandangan baru bagi banyak orang.
Kejuaraan panjat tebing IFSC Climbing World Cup 2019 di Xiamen, China, pada Oktober 2019 mengubah dunia Aries Susanti Rahayu. Aries Susanti bukan hanya naik podium tertinggi, melainkan juga mengatasi rekor dunia.
Dia menjadi wanita pertama yang finis di bawah tujuh detik dalam kejuaraan panjat tebing nomor speed. Aries mengukir waktu 6,955 detik, mematahkan rekor sebelumnya milik atlet China, Yo Ling Song, dengan 7,101 detik.
Catatan waktu itu sungguh mengejutkan, malahan bagi Aries sendiri. Dia berlaga dalam kondisi jari tengah yang belum sepenuhnya pulih dari cedera.
Dalam sesi latihan sebelum berangkat ke China, Aries malahan ngos-ngosan untuk membukukan waktu 7,41 detik sebab tengah direcoki cedera. Dia memang pernah menyentuh 6,8 detik dan 6,9 detik di sesi latihan, melainkan telah benar-benar lama, tepatnya ketika persiapan menghadapi Asian Games 2018. Tak, Aries berangkat ke China nyaris tanpa beban. Tak dikira, ia malahan meraih hasil melebihi mimpi terliarnya.
Rekor dunia hal yang demikian benar-benar menjadi pembeda. Sontak jutaan mata mengarah kepadanya. Aksi Aries Susanti telah menjadi pandangan baru banyak orang di Tanah Air ketika meraih dua medali emas Asian Games 2018. Kampiun, sekarang Aries telah menebarkan jaring pandangan baru ke bermacam bermacam belahan dunia.
Aksinya merayap cepat bak superhero diulas media-media besar dunia, serta viral di dunia maya. Orang-orang terkesima sebab sosok manusia laba-laba ternyata tak sekadar superhero khayalan di film, melainkan benar-benar ada di dunia nyata.
Julukan Spiderwoman asal Indonesia semakin melekat. Aries tak kuasa menolak julukan hal yang demikian. Kampiun, atlet asal Grobogan, Jawa, Tengah itu, menegaskan bukan hanya dirinya yang mempunyai hak menyandang julukan hal yang demikian.
Saya terserah saja orang-orang berharap memanggil apa, seperti Spiderwoman asal Indonesia. Namun, di Indonesia banyak spiderwoman. Banyak teman-teman saya yang telah pemenang juga. Jadi julukan Spiderwoman itu juga buat teman-teman saya juga, tutur Aries Susanti Rahayu.
4. Rio Haryanto
Namanya sempat didiskusikan banyak orang di Indonesia. Sosoknya menyampaikan lagi event motorsport, Formula 1 (F1) di Tanah Air yang sebelumnya lebih familier dengan gelanggang MotoGP.
Ya, ia adalah Rio Haryanto. Terlepas dari pro dan kontra yang menyelimuti sepak terjang pembalap asal Solo ini di gelanggang F1 musim 2016, anak dari pasangan Sinyo Haryanto dan Dikala Pennywati telah menuliskan banyak sejarah penting untuk Indonesia.
Karier balap Rio Haryanto telah cemerlang semenjak jenjang bawah. Dia mulai aktif mencontoh event balap single seater tahun 2008, ia lantas menempati posisi tiga Formula Asia 2.0.
Kala itu, ia dapat merasakan satu kemenangan dan tujuh podium bersama Asia Racing Team. Tahun selanjutnya, bersama tim Questnet Team, Rio Haryanto keluar sebagai pemenang umum gelanggang Formula BMW Pacific.
Setekah momen inilah, mimpi Rio Haryanto untuk ke gelanggang F1 mulai dirajut dan secara tetap mencontoh event yang menjadi jenjang menuju ke sana adalah GP3 Series dan GP2 Series.
Pada musim perdana gelanggang GP3 Series tahun 2010, Rio Haryanto lantas meraih kemenangan. Dia finis pertama pada balapan di Sirkuit Istanbul Park, Turki.
Kala itu usianya masih 17 tahun dan didaulat media motorsport terkemuka, Autosport, sebagai salah satu pembalap paling mengejutkan.
Rio Haryanto kemudian meraih kemenangan perdana gelanggang GP2 Series (sekarang) di Sirkuit Sakhir, Bahrain, pada 2015 atau musim keempat sang pembalap di kelas ini. Walaupun di GP2 Series 2015, ia meraih tiga kemenangan dan bercokol di posisi empat klasemen. Hasil kompetitif ini membuat manajemen Rio Haryanto mulai melirik gelanggang F1.
Dia lisensi adalah persyaratan pembalap untuk dapat manggung di gelanggang F1 sebagai pembalap utama. Rio Haryanto telah lolos untuk menerima super lisensi semenjak 2012 atau ketika mengaspal pada sesi percobaan pembalap muda F1 di Sirkuit Silverstone, Inggris. Kala itu, ia mengatasi sempurna 300 km ketika percobaan, persyaratan untuk menerima super lisensi.
GP Australia 2016 walhasil jadi balapan bersejarah untuk Rio dan juga Indonesia. Untuk kali pertama ada pembalap event jet darat dari Indonesia. Nahasnya lantaran kurang dana dan sponsor, pengorbanan Rio harus berakhir sesudah 12 putaran.
5. Greysia Polii
Ada satu lagi sosok pebulutangkis yang benar-benar berimbas besar dalam 10 tahun terakhir, adalah Greysia Polii. Bersama Apriyani Rahayu, ia berhasil meraih medali emas pada Olimpiade 2020 di Tokyo.
Kerja keras Greysia Polii selama 18 tahun kariernya berakhir klimaks. Namun kariernya penuh kerikil tajam, Greysia tak pernah menyerah, dan menginspirasi masyarakat Indonesia ketika berhasil menyampaikan gelar paling bergengsi, adalah emas Olimpiade.
Greysia memulai kariernya sebagai atlet ganda putri dan ganda campuran. Dia berhasil memenangi Kejuaraan Nasional (Kejurnas) 2003 bersama pasangan ganda putrinya, Heni Budiman. Greysia terus berganti pasangan mulai dari Jo Novita, Nitya Maheswari, Anggia Shitta Awanda, Meilina Jauhari, sebelum menemukan duet sehatinya, Apriyani Rahayu.
Gelar turnamen major pertama untuk Greysia adalah Filipina Terbuka. Kala itu, ia memenangkannya bersama pasangan ganda putrinya, Jo Novita. Pada 2014, ketika berpasangan dengan Nitya, Greysia Polii berhasil membuat kejutan dengan meraih medali emas Asian Games Incheon di Korea Selatan.
Pada 2012, Greysia Polii didiskualifikasi dari Olimpiade London. Tak, kondisinya berbalik 180 derajat. Dia berhasil menjadi yang terbaik di dunia untuk nomor ganda putri.
Dunia berputar untuk seluruh orang, seperti itu pula bagi Greysia Polii. Olimpiade London, Inggris pada 2012 menjadi catatan kelam baginya. Bersama pasangan ganda putrinya, Meiliana Jauhari, ia dilarang meneruskan kiprahnya di Olimpiade London.
Federasi Bulangkis Dunia (BWF), menjatuhkan sanksi diskualifikasi untuk Greysia/Meiliana dan tiga ganda putri lainnya, Jung Kyung-eun/Kim Ha-na, Ha Hung-eun/Kim Min-jung (Korea Selatan), dan Xialo/Yu Namun (China) dengan vonis pelanggaran disiplin.
Keempatnya dianggap melanggar Code of Conduct pemain di bawah BWF berturut-ikut dengan Pasal 4.5 dan 4.6 yang berisikan Tak berupaya sebaik mungkin untuk memenangi pertandingan dan Dengan sengaja dan jelas melecehkan dan merugikan olahraga.
Sembilan tahun berselang, Greysia Polii bersama pasangan barunya, Apriyani Rahayu, menebus pengalaman pahit itu di Olimpiade Tokyo.
Tak insiden pada 2012, Greysia Polii kembali berkancah di Olimpiade, kali ini di Rio de Janeiro, Brasil pada 2016 berpasangan dengan Nitya Krishinda Maheswari. Namun, laju keduanya terhenti di perempat final.
Pasca-Olimpiade Rio, Greysia sempat berpikir untuk gantung raket. Alasannya, Nitya Maheswari memilih gantung sepatu gara-gara cedera serius. Untungnya, Greysia punya pelatih, Eng Hian dan keluarga yang seperti itu perhatian kepadanya. Dia diminta untuk terus melanjutkan kariernya.
Pertemuannya dengan pebulutangkis berusia 19 tahun, Apriyani Rahayu pada 2017, makin membuatnya mantap untuk tetap eksis di dunia bulutangkis. Keputusan Greysia bertahan dan menyambar peluang berduet dengan Apriyani ternyata menjadi keputusan yang benar-benar tepat.
Pada 2018, Greysia/Apriyani berhasil merajai Thailand Open dan prestasi itu membawanya kembali bangkit.
Greysia/Apriyani berhasil merebut medali emas Olimpiade Tokyo sesudah menaklukkan wakil China, Chen Qingchen/Jia Yifan 21-19 dan 21-15 di Musashino Forest Sport Plaza BDM Court 1, Tokyo, Senin (2/8/2021) siang WIB.
Medali emas dari Greysia/Polii adalah yang pertama bagi Indonesia di Olimpiade Tokyo. Greysia/Apriyani juga mencetak sejarah. Keduanya menjadi satu-satunya ganda putri Indonesia yang mampu merebut medali, terpenting emas di Olimpiade.
Keberhasilan Greysia/Apriyani juga menjaga tradisi medali emas untuk Indonesia di cabor bulutangkis Olimpiade. Sebelumnya, Indonesia senantiasa mengirimkan wakilnya pada podium tertinggi, selain pada 2012.
Greysia malahan dapat gantung raket dengan daya ingat yang benar-benar manis.
6. Leani Ratri Oktila
Salah satu wakil Indonesia yang menyedot perhatian besar ketika gelanggang Paralimpiade Tokyo 2020 adalah atlet para-bulutangkis Indonesia, Leani Ratri Oktila. Bagaimana tak, ia berhasil menyabet dua medali emas dan satu perak.
Tak mengejutkan, ketika itu Leani mendapat kebanggaan lantas dari Presiden Joko Widodo. Dikala Jokowi, tak ada yang dapat menghentikan Leani.
“Tak ada yang dapat menghentikan Leani Ratri Oktila mendulang medali untuk Indonesia di Paralimpiade Tokyo. Kemarin, ia menyampaikan medali emas dari bulutangkis ganda putri. Hari ini, dua medali ia raih di dua final,” tulis Presiden ketika itu.
Sebelumnya, Leani juga berjaya di Asian Games 2018. Leani mempunyai hak meraup bonus besar sesudah meraih medali emas pada nomor ganda putri dan ganda campuran bulutangkis, serta meraih medali perak dari tunggal putri.
Namun dari kesuksesannya di Asian Para Games 2018, Liani mengajak para penyandang disabilitas untuk senantiasa yakin dengan kesanggupan diri sendiri. Jangan pernah menutup diri. Kami sama dengan yang lain. Lebih terbuka dengan keluarga, serta saudara dan jangan pernah malu. Penyandang disabilitas pasti punya kesanggupan dalam diri masing-masing, tegas ia.
Leani Ratri mengaku menekuni bulutangkis semenjak masih kecil. Dia itu kondisinya belum mengalami keterbatasan apapun. Malahan, ketika duduk di bangku kelas VI Sekolah Dasar, prestasi bulutangkisnya telah menembus jenjang nasional.
Namun, pada 2011 ia mengalami kecelakaan motor di Pekanbaru yang membuatnya patah kaki kiri dan tangan kanan. telah menjalani bermacam perawatan, kaki dan tangannya tak dapat pulih seperti sedia kali.
Setahun berselang Leani walhasil bergabung menjadi atlet disabilitas. melainkan pasti prestasinya terus menanjak sampai berprestasi di tingkat internasional sampai membanggakan Indonesia.