Jawa Tengah (Jateng) adalah provinsi yang menyimpan berbagai peninggalan bersejarah dari zaman kerajaan. Kerajaan-kerajaan hal yang demikian berjaya semenjak zaman Hindu-Buddha maupun saat Islam mulai masuk ke Pulau Jawa.
Peninggalan bersejarah seperti prasasti, candi, sampai website pemandian kerajaan banyak tersebar di berbagai kawasan Jawa Tengah. Benda-benda hal yang demikian adalah peninggalan sejumlah kerajaan kuno yang pernah berjaya di Jawa Tengah dan sekitarnya di masa lalu.
Daftar Kerajaan di Jawa Tengah
Contents
Kerajaan Kalingga
Kerajaan Kalingga adalah kerajaan masa Hindu-Buddha yang berada di utara Gunung Muria adalah Kabupaten Jepara. Nama Kalingga adalah penanda bahwa kerajaan ini betul-betul dekat dengan kebudayaan China dan India.
Kerajaan Kalingga mencapai puncak kejayaannya pada masa kepemimpinan Ratu Shima. Ratu Shima menjadikan rakyatnya berpengetahuan luas, mengerti tata tertib, adil dan hidup tenteram yang membikin kehidupan mereka betul-betul makmur.
Prasasti Tuk Mas, Prasasti Sojomerto, Candi Angin, Candi Bubrah, dan Laman Puncak Sanga Likur adalah peninggalan-peninggalan Kerajaan Kalingga yang mencatat sejarah keberadaan dan kejayaan Kalingga
Baca juga:
Sejarah Kota Pahlawan, Surabaya
Sejarah Kota Malang dan Nama-nama Julukannya
Kerajaan Mataram Kuno
Buku ‘Sejarah Nasional Indonesia’ (2019) oleh Edi Hernadi mencatat Kerajaan Mataram Kuno adalah kerajaan Hindu-Buddha yang pernah berdiri pada pertengahan abad ke-8 di Jawa Tengah. Kerajaan ini terbagi menjadi tiga dinasti besar adalah Sanjaya, Syailendra, dan Isyana.
Kerajaan Mataram Kuno puncak kejayaannya dengan meninggalkan bukti peninggalan berupa berbagai variasi candi Hindu seperti kompleks Candi Dieng dan Candi Prambanan, dan Candi Buddha seperti Candi Mendut dan Candi Borobudur, yang tersebar di berbagai kawasan di Jawa Tengah.
Kerajaan Mataram Kuno mulai mengalami kemunduran pada masa pemerintahan Raja Daksa, Raja Tulodong, dan Raja Wawa pengaruh bencana alam dan ancaman dari Kerajaan Sriwijaya. Sampai akhirnya Kerajaan Mataram dibagi menjadi dua oleh Raja Airlangga menjadi Kerajaan Kediri dan Janggala untuk mencegah terjadinya perang saudara di antara kedua putranya.
Kerajaan Demak
Dalam buku ‘Genealogi Kerajaan Islam di Jawa’ (2021) oleh P. Mardiyono, diceritakan bahwa Kerajaan atau Kesultanan Demak adalah kerajaan Islam pertama dan terbesar di pantai utara Jawa. Sebelum menjadi sebuah kerajaan, Demak adalah kadipaten dari Kerajaan Majapahit yang kemudian muncul sebagai pemrakarsa penyebaran agama Islam di Pulau Jawa.
Salah satu peninggalan bersejarah Kerajaan Demak yang masih berdiri tegak sampai kini adalah Masjid Agung Demak. Masjid hal yang demikian didirikan oleh Raden Patah, pendiri sekaligus raja pertama Kesultanan Demak dan dibantu oleh para Wali Songo.
Kerajaan Demak tak berumur panjang dan seketika mengalami kemunduran pengaruh terjadinya perebutan kekuasaan di antara keluarga kerajaan. Pada tahun 1560, kekuasaan Kerajaan Demak beralih ke Kerajaan Pajang.
Kerajaan Pajang
Dalam buku ‘Sejarah 2 SMA Kelas XI’ (2008) oleh Sardiman, dijelaskan bahwa Kerajaan Pajang adalah kerajaan Islam di Jawa Tengah yang dipimpin oleh Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijaya, sang menantu Sultan Trenggono dari Kerajaan Demak. Kerajaan Pajang berdiri pasca Joko Tingkir mengambil alih kekuasaan Kerajaan Demak dari tangan Arya Penangsang dan memindahkan sentra Kerajaan Demak ke daerah Pajang.
Daerah-daerah yang berada di bawah kekuasaan Pajang antara lain Pati, Pemalang, Selarong (Banyumas), Krapyak (Kedu Selatan), Mataram (Yogyakarta), dan beberapa daerah di Jawa Timur seperti Tuban, Surabaya, Madiun, Blitar, dan Kediri.
Kerajaan Pajang mengoptimalkan pertanian sebagai komoditas utama. Masyarakat Kerajaan Pajang betul-betul patuh kepada kerajaan mempunyai cara pemerintahan feodal. Melainkan, Kerajaan Pajang kemudian usai saat sentra kerajaannya dipindahkan ke Mataram oleh Raja Sutawijaya dan muncullah Kerajaan Mataram Islam.
Kerajaan Mataram Islam
Kerajaan Mataram Islam adalah kerajaan yang dibangun oleh Raja Sutawijaya atau Panembahan Senopati. Sentra Kerajaan Mataram Islam awalnya berada di Kota Gede. Kerajaan Mataram mempunyai pengaruh besar dan sukses menundukkan berbagai kawasan sampai Madura.
Situasi Kerajaan Mataram Islam kemudian mulai tak menentu saat VOC mulai campur ikut campur tangan dalam pemerintahan kerajaan. Sampai akhirnya kerajaan Mataram dibagi menjadi Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta pada tahun 1755 dalam Perjanjian Giyanti.
VOC terus memecah belah kekuasaan Mataram sampai akhirnya pada 1757, lahir Puro Mangkunegaran dari Kasunanan Surakarta dan lahir Puro Paku Alam dari Kesultanan Yogyakarta pada 1813.