Sejarah Kabupaten Blitar
Kabupaten Blitar, keliru satu wilayah yang berada di anggota barat daya Jawa Timur. kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang di utara, Kabupaten Malang di timur, samudera Indonesia di selatan, Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Kediri di barat.
Di kabupaten ini terkandung sungai yang membagi wilayahnya menjadi dua, yaitu Sungai Brantas. Sungai ini membagi Kabupaten Blitar menjadi bagian, yaitu Blitar Selatan dan Blitar Utara.
Mengutip berasal dari laman resmi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blitar, di kawasan Blitar selatan merupakan kawasan yang tidak lumayan subur karena letaknya yang berada di area pegunungan berbatu cenderung berkapur yang sebabkan tandus dan sebabkan tanahnya susah untuk ditanami.
Tak layaknya anggota selatan, Blitar utara mempunyai tanah yang subur dan sebabkan tanaman tumbuh subur. Faktor mutlak yang sebabkan tanah di Blitar utara subur adalah terdapatnya Gunung Kelud yang aktif dan banyaknya aliran sungai. Gunung berapi dan sungai bermanfaat untuk menyebarkan zat hara.
Namun, pernahkah Anda bertanya-tanya bagaimana awal mula terdapatnya Kabupaten Blitar? Kali ini dapat membahas peristiwa Kabupaten Blitar
Merunut sejarah, awal mula terdapatnya Kabupaten Blitar tertuang dalam peninggalan-peninggalan terhadap zaman dulu. Dari berbagai prasasti yang ada, tak satupun tertera “Blitar” sebagai pusat pemerintahan. Namun, beberapa desa di Kabupaten Blitar sekarang tertuang di dalam prasasti-prasasti tersebut.
Kabupaten Blitar yang paling tua tercatat dalam prasasti Kinewu yang dipahat terhadap anggota belakang arca Ganesa berasal dari abad ke-X. Dalam prasasti menunjukkan, wilayah Kabupaten Blitar adalah anggota Kerajaan Balitung yang berpusat di Jawa Tengah.
Pada abad ke-X hingga akhir abad ke-XII, beberapa wilayah yang sekarang terhitung Kabupaten Blitar tertera dalam prasasti-prasasti Pandelegan I 1117, Panumbangan I 1120, Geneng I 1128, Talang 1136, Japun 1144, Pandelegan II 1159, Mleri 1169, Jaring 1181, Semanding 1182, Palah 1197, Subhasita 1198, Mleri I 1198 dan Tuliskriyo 1202.
Pada jaman Kerajaan Singasari berkembang, terkandung beberapa prasasti yang tentang dengan Kabupaten Blitar sekarang, keliru satunya adalah Prasasti Petung Ombo terhadap 1260 M. Prasasti tersebut dikeluarkan waktu pemerintahan Raja Kertanegara (1268 – 1292 M). Peninggalan zaman Kerajaan Singasari di antaranya Patung Ganesa berasal dari Boro dan Candi Sawentar menjadi bukti waktu pemerintahan raja-raja Singasari, Kabupaten Blitar memegang peran penting.
Baca Juga:
Sejarah Kabupaten Batang Jawa Tengah
Ungkap Sejarah Kota Pekalongan, Cek Berikut Ini!
Hal itulah yang menjadi bukti beberapa wilayah di Blitar sudah menjadi pusat kehidupan masyarakat yang terbilang mutlak sekitar sepuluh abad yang lalu. Blitar sebagai pusat pemerintahan diperkirakan sejak awal pemerintahan raja-raja Majapahit.
Hal ini dibuktikan oleh peristiwa mengenai Kerajaan Majapahit yang lahir setelah Raden Wijaya berhasil mengusir pasukan tentara Tartar Ku Bilai Khan terhadap 1293 M (Pararaton: 33). Raja yang pertama kali memimpin Kerajaan Majapahit adalah Raden Wijaya yang dikenal dengan nama Kertarajasa Jayawardhana (1294 – 1309). Sebagai negara baru, Majapahit berpusat di dekat Mojokerta.
Di Desa Kotes, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, Jawa Timur terkandung peninggalan bangunan suci yang diyakini sebagai penghubung peristiwa awal mula terdapatnya area Blitar. Pada bangunan tertera th. 1222 Saka dan 1223 Saka atau 1300 dan 1301 Masehi (Knebel 1908:355). Hal ini tunjukkan th. tersebut adalah zaman di mana raja pertama Majapahit menjabat.
Selain itu terkandung Candi Kotes yang didirikan terhadap jaman Kerajaan Majapahit di bawah pemerintahan Raden Wijaya. Candi tersebut terdapat di Suruhwadang, Blitar, Jawa Timur.
Di kawasan selama lembah Gunung Kawi sebelah barat, terkandung sejumlah prasasti abad ke-XII. Dengan demikian, masyarakat diperkirakan kehidupannya makmur karena terkandung beberapa perkebunan. Jumlah masyarakat tumbuh dan berkembang dengan waktu yang singkat.
Meskipun tidak ada information kuantitas masyarakat di anggota timur ini, tetapi diperkirakan sumber daya manusia berperan mutlak sehingga area ini menjadi keliru satu area penting. Cukupnya sumber daya manusia merupakan jaminan untuk menjalankan pasukan dengan mudah, baik untuk pertahana maupun serangan.
Saat Raja Raden Wijaya meninggal terhadap 1309, putranya, Jayanegara (1309 – 1328) menjabat sebagai raja Majapahit kedua. Dalam Prasasti Tuhanyaru disebutkan, anugerah tanah kepada beberapa pejabat kerajaan karena mereka berjasa kepada raja, maka prasasti Blitar pun tertera pernyataan yang sama.
Oleh karena itu, diketahui hubungan Raja Jayanegara dengan warga Blitar istimewa. Hal ini dibuktikan dengan para pejabat yang diberikan tanah karena kesetiaan desa Blitar kepada sang raja.
Candi Penataran
Dalam kitab Negarakertagama yang ditulis Empu Prapanca dan kitab Pararaton yang tidak diketahui penulisnya, dengan singkat Negarakertagama menjelaskan jaman pemerintahan yang berjalan sekitar 1309 – 1328 M.
Didalam Pupuh XLVII Prapanca melukiskan yang terjemahan dalam Bahasa Indonesia sebagai berikut:
Beliau meninggalkan Jayanegara sebagai raja Wilatikta dan keturunan adiknya rajapadhi utama yang ga ada bandingya, Dua puteri terlalu cantik, bagai Ratih kembar mengalahkan Bidadari yang sulung rani di Jiwana, tetapi yang bungsu jadirani di Daha.Tersebut terhadap Tahun Saka : Muti-guna-memaksa rupa bulan-madu, Baginda Jayanegara berangkat menyirnakan musuh ke Lumajang, Katanya Pajarakan dirusak, Nambi sekeluarga dibinasakan, Giris miris segenap jagad melihat kepiawaian Sri Baginda.Tahun Saka : bulatan memanah suryah beliau pulang, Segera dimakamkan di dalam pura, berlambang arca Wisnuparama. Di sela Petak dan Bubat tertegak area Wisnuparama. Di sela Petak dan Bubat tertegak area Wisnu-lambang-tara-inda.
Di Sukalila arca Buda permai sebagai Amoga sidi-menjilma (Slamet Mulyana, 1953 : 42).Dengan demikian, mampu disimpulkan selama pemerintahan Jayanegara menghancurkan dan memadamkan pemberontakan Nambi. Namun, terhadap 1316 dan 1317 nampak lagi pemberontakan yang dipimpin oleh Kuti dan Seni.
Akibatnya, Raja Jayanegara mencegah ke Desa Bedander lengkap dengan pengwalan pasukan Bhayangkara yang dipimpin Gajah Mada. Raja Jayanegara berhasil naik tahta berkat trik Gajah Mada, Kuti dan Seni pun dibinasakan (Pararaton: 80-83).
Adanya kejadian-kejadian tersebut tunjukkan Raja Jayanegara mengalami jaman susah terhadap th. pertama pemerintahannya. Hal ini menambahkan keternagan mengapa Jayanegara mengeluarkan prasastinya di Blitar. Hal itu merupakan moment mutlak setelah Jayanegara meresmikan berdirinya Swastanca Blitar di bawah naungan kekuasaan Majapahit waktu dipimpin Jayanegara.
Dua moment bersejarah tersebut cocok unsur penggalan dalam prasasti terhadap jaman pemerintahan Raja Jayanegara, Prasasti Blitar I yang bertarikh “Swasti sakawarsatita 1246 Srawanamasa tithi pancadasi Suklapaksa wu para wara ….” atau 5 Agustus 1324 Masehi. Prasasti ini memuat waktu berdirinya Blitar sebagai area Swatantra.
Kemudian, waktu pemerintahan raja-raja Majapahit, nama Blitar tertera beberapa kali dalam kitab Negarakertagama. Dalam kitab Negarakertagama menjelaskan raja keempat Majapahit, Raja Hayam Wuruk dengan Mahapatih Gajahmada menyambangi Blitar dan area lain di Jawa Timur diawali terhadap 1357.
Kemudian, beberapa peninggalan berupa candi menjadi bukti bahwa terhadap abad ke-XIV hingga akhir abad ke-XV, Blitar mempunyai kedudukan penting. Salah satu buktinya adalah Candi Penataran yang menjadi candi negara beberapa besar berasal berasal dari pemerintahan Jayanegara hingga Wikramawardhana (1389 – 1429).
Candi yang terhitung sebagai peninggalan terakhir ini terdapat di lereng Gunung Kelud yang kondang dengan nama Candi Gambar Wetan (1429 M). Dengan demikian, mampu ditarik anggapan Kabupaten Blitar lahir terhadap 5 Agustus 1324.