Naik Gunung Termasuk Extreme Sport, Siapkan Empat Hal Ini Sebelum Pendakian Pertama

Naik Gunung Termasuk Extreme Sport, Siapkan Empat Hal Ini Sebelum Pendakian Pertama

Pendakian pertama adalah hal paling ditunggu-tunggu dengan sangat antusias bagi sebagian orang yang memang sejak lama ingin menjajal terjal hiking track. Perlu diingat pula, pendakian merupakan salah satu extreme sport sehingga persiapannya harus serius.

Ketua Mapala Jurusan Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada (UGM) periode 2011-2012, Mahardeka Dhias, mengaku dirinya masih aktif mendaki hingga saat ini. Sebagai orang yang sudah berpengalaman, ia memandang persiapan naik gunung itu penting sekali, bukan main-main.

1. Logistik

Sebelum memulai pendakian, pastikan kesiapan logistik, mulai dari makanan hingga perlengkapan. Untuk makanan, pertimbangkan lama pendakian yang dilakukan.

Pastikan makanan tidak kurang. Ada makanan individu yang dibawa perorangan untuk camilan saat pendakian, ada juga makanan utama untuk pagi, siang, dan malam yang dapat disantap bersama.

Untuk perlengkapan pun juga yang pribadi dan kelompok. Perlengkapan kelompok ini seperti nesting, tenda, kompor, gas, dan lainnya. Bawaan itu perlu dibagi-bagi, tergantung kekuatan tiap pendaki.

“Perlengkapan pribadi ini wajib dibawa, tidak boleh tidak di setiap individu pendaki,” papar Dhias.

Selain itu, penting juga untuk menentukan leader group. Orangnya harus yang lebih tahu dan paham terkait pendakian yang akan dilakukan.

Sebelum mendaki, lakukan pula pengecekan ulang barang bawaan. Tujuannya agar setiap orang saling tahu apa yang dibawanya.

2. Fisik

Berbicara mengenai kasus kematian anggota Mapala Universitas Jenderal Soedirman di Gunung Slamet, Dhias mengingatkan pentingnya latihan fisik. Misalnya, dengan melakukan olahraga kecil, seperti jogging atau berenang.

“Kalau ngomongin Gunung Slamet, perjalanan normalnya kalau tidak ada apa-apa bisa delapan hingga sembilan jam baru sampai pos untuk mendirikan tenda,” ujar Dhias.

Dari pos tempat pendirian tenda, masih tiga sampai lima jam pendakian lagi untuk bisa menuju puncak. Otomatis, kesiapan fisik harus menunjang.

Penting juga untuk mempersiapkan mental. Sebab, pendakian ini akan sangat-sangat menguji mental.

“Orang yang benar-benar yakin dan sungguh-sungguh, dia pasti bisa melakukan pendakian. Karena kita tahu pendakian selama berjam-jam tadi butuh fisik dan mental yang benar-benar prima,” kata Dhias.

Baca Juga : Atlet yang Meninggal saat Olahraga Ekstrem

3. Pengetahuan

Walaupun logistik dan fisik sudah siap, tim tetap wajib mengajak orang yang berpengalaman. Dengan kepakarannya, ia bisa membantu manajemen perjalanan dalam pendakian, mulai dari posisi setiap pos, waktu perjalanan, hingga waktu naik dan turun gunung.

“Setidaknya, untuk pemula itu belajar-belajar dulu jugalah, pengenalan sama gunungnya, cari tahu dulu di internet kan banyak,” ucap pria yang mendaki Gunung Slamet pada September 2022 dan baru mendaki Gunung Gede pada Januari 2023 ini.

4. Skill

Bagi dia, pengetahuan dan skill adalah dua hal yang saling beririsan. Selain seorang expert di dalam kelompok akan menuntun perjalanan, diri kita sendiri pun juga harus memiliki skill. Seperti tahu kapan harus mendirikan tenda, tahu kapan harus istirahat, tahu akan kondisi darurat, dan keputusan kelompok harus benar-benar dipatuhi.

“Dan harus diikuti. Karena kalau kejadian yang tidak tidak, namanya pendakian atau hiking ini bisa disebut extreme sport. Jadi benar-benar harus ada teman yang setidaknya dalam satu tim, expert,” ujar Dhias.

Jika sudah terlanjur terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, perlu memiliki pengetahuan dan skill untuk melakukan pertolongan pertama, mulai dari pada kondisi anggota yang cedera, hipotermia, atau kondisi apapun itu.

Misalnya terjadi seperti search and rescue, penting juga untuk pahami pengetahuan dan skill-nya seperti apa. Ada juga survival kit yang biasanya dibawa, serta harus tahu cara pemakaiannya dan dalam keadaan seperti apa.

Seperti saat tersesat bersama tim atau seorang diri, yang pertama dilakukan adalah tenangkan diri dulu. Setelah itu baru lakukan observasi, dan akhirnya bisa menentukan apa yang harus dilakukan. Walaupun biasanya ada peta yang diberikan saat masih di pos bawah, terkadang jalur yang sudah ada track-nya pun bisa membuat tersasar.