Kota Kudus

Sejarah Asal Mula Kota Kudus

Kudus merupakan kabupaten yang terdapat di provinsi Jawa Tengah. Cerita rakyat Jawa Tengah asal mula Kota Kudus perlu diketahui lebih luas oleh masyarakat Jawa Tengah terutama masyarakat Kudus. Nama Kudus diambil alih berasal dari kata Al-Quds. Kudus dikenal sebagai kota penghasil rokok atau kretek terbesar di Jawa Tengah.

Kota Kudus berada di jalur pantai utara laut Jawa Tengah pada Kota Semarang dan Kota Surabaya. Kudus berjarak kurang lebih 51 kilometer berasal dari arah timur Kota Semarang. Kota Kudus terkenal sebagai penghasil rokok (kretek) terbesar di Jawa Tengah.

Sejarah Kota Kudus

Sejarah Kota Kudus tidak lepas berasal dari kisah Sunan Kudus. Berkat keahlian dan ilmunya, Sunan Kudus ditugaskan untuk memimpin para jamaah haji, agar ia diberi gelar Amir Haji. Amir Haji adalah orang yang menguasai urusan para jama’ah haji. Ia sempat tinggal di Baitul Maqdis untuk studi agama Islam.

Orang-orang di Baitul Maqdis Palestina pas itu banyak yang terjangkit wabah penyakit, agar banyak orang yang jadi korban jiwa. Atas kuasa Allah Ta’ala, bersama pemberian Ja’far Shoddiq, wabah tersebut dapat diberantas. Dengan jasanya, maka seorang Amir di Palestina memberikannya hadiah berbentuk wewenang menguasai suatu area di Palestina. Pemberian tersebut dituliskan pada batu bersama huruf arab kuno dan saat ini tetap tersedia di atas Mihrab Masjid Menara Kudus.

Baca juga:

Menelusuri Sejarah Berdirinya Kabupaten Blitar

Sejarah Kabupaten Batang Jawa Tengah

Sunan Kudus memohon kepada Amir Palestina untuk memindahkan wewenang wilayah tersebut ke Pulau Jawa. Permohonan tersebut disetujui dan Ja’far Shoddiq ulang ke Pulau Jawa. Ja’far Shoddiq mendirikan Masjid di area Kudus tahun 1549 M. Masjid ini bakal diberi nama Al Manar atau Masjid Al Aqsho, mengikuti nama Masjid di Yerussalem yang bernama Masjid Al Aqsho.

Kota Yerussalem sendiri juga disebut sebagai Baitul Maqdis atau Al-Quds. Dari kata Al-Quds lantas lahirlah kata Kudus, yang lantas digunakan sebagai nama Kota Kudus sampai sekarang.

Sebelum bernama Kota Kudus, awalannya kota ini bernama Kota Tajug. Disebut Tajug dikarenakan banyak atap arsitektur tradisional yang benar-benar kuno di sana, digunakan bersama target keramat.

Kudus mempunyai beberapa julukan, sebagai berikut: Kota “Semarak”, kependekan berasal dari kata Sehat, Elok, Maju, Aman, Rapi, Asri, dan Konstitusional. Semboyan ini diberikan sebagai wujud pemeliharaan keindahan kota.

Kota “Kretek”, Kudus sebagai kota penghasil rokok, layaknya Djarum, Sukun, Jambu Bol, dan sebagainya. Kota “Jambu Bol”, Kudus terkenal bersama hasil pertanian Jambu Bol. Jambu Bol telah jadi flora identitas resmi Kabupaten Kudus.

Kota “Santri”, dikarenakan banyak masyarakat di Kota Kudus yang jadi santri. Kudus jadi pusat perkembangan agama Islam pada abad pertengahan. Dapat diamati berasal dari lima makan yang tersedia di Kudus, yaitu: Kyai Telingsing, Sunan Kudus, Sunan Muria, Sunan Kedu, Syeh Syadzili.

Dahulu terkandung seorang pedagang berasal dari Cina yang bernama Sun Ging. Tidak hanya berdagang, ia juga benar-benar mahir mengukir. Kemahirannya terdengar sampai Majapahit agar ia dipanggil untuk mengukir ornamen keraton. Karena hasil ukirannya yang bagus, Sun Ging beroleh hadiah.

Ada banyak hadiah yang ditawarkan, tetapi Sun Ging berharap sebidang tanah. Di lahan tersebut dibangun Perguruan ukir yang menyebabkan area itu makin lama populer. Lambat laun area ini diberi nama Sunggingan (nama yang berasal berasal dari nama pemiliknya Sun Ging) yang artinya area tinggal. Masyarakat juga menyatakan bahwa sunggingan artinya area orang menyungging atau melukis dan mengukir.

Desa Sunggingan makin lama terkenal dan terdengar sampai ke telinga Raden Patah berasal dari Demak yang merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa. Beliau tertarik untuk mengislamkan masyarakat area Sunggingan. Syeh Ja’far Sodiq, seorang ulama besar berasal dari Persia, diperintahkan untuk melaksanakan tugas ini.

Karena adanya perintah itu, Syeh Jafar Sodiq pergi ke desa Sunggingan. Syeh Jafar lihat suatu bangunan bersama pintu gerbang Kerajaan Majapahit yang telah rusak. Demi menarik perhatian masyarakat penganut Agama Hindu, ia memugar gerbang tersebut.

Di gerbang itu, Syeh Jafar Sodiq menambatkan seekor sapi jantan gemuk dan ia jadi berkhotbah. Karena kesabaran, keramahan, dan kewibawaan pribadinya, di dalam pas sebentar masyarakat Sunggingan banyak yang memeluk agama Islam juga The Ling Sing. Bahkan The Ling Sing mendapat gelar Kiai Telingsing.

Syeh Jafar Sodiq yang bermukim di Sunggingan selanjutnya memberikan nama Kudus pada kawasan Sunggingan. Penamaan Kudus itu dikarenakan adanya sebuah masjid yang didirikan oleh Syeh Jafar Sodiq bersama nama Al-Kuds. Tak lama lagi, masjid tersebut diberi nama Masjid Kudus.

Akhirnya area tersebut berkembang pesat. Banyak pelancong datang untuk studi mengaji, bertani, berwirausaha dan berdagang. Kota Kudus jadi ramai. Gerbang Majapahit selanjutnya jadi Menara Kudus.

Di Masjid Menara Kudus, tersedia batu berasal dari area Yerusalem (Israel). Batu tersebut dibawa oleh Sunan Kudus. Oleh dikarenakan itu, masjid yang dibangun Sunan Kudus diberi nama Masjid Al-Aqsa, layaknya masjid yang tersedia di Yerusalem