Di malam yang menyoroti banyak hal keliru di era sepakbola modern, eksekusi menentukan dalam adu penalti final Liga Europa meninggalkan kontroversi, dengan Gonzalo Montiel mengonversi penalti di kesempatan kedua berkat intervensi VAR untuk kemudian memenangkan kompetisi, memperpanjang rekor juara untuk ketujuh kalinya.
Roma bisa saja berang dengan keputusan itu dan akan ada ocehan yang lebih banyak lagi dari sang manajer, Jose Mourinho. Namun, faktanya, baik dia maupun para pemain tidak memiliki keluhan yang sah mengenai kekalahan 4-1 dalam adu penalti, mengingat laga panjang 1-1 yang dimainkan di Budapest, terasa seperti tak ada habisnya untuk permainan anti-sepakbola.
Ada beberapa simpati di antara para pesepakbola netral untuk Paulo Dybala, yang membuka skor tapi berakhir dengan air mata. Di pinggir lapangan, bintang Argentina itu tak bisa membayangkan apa yang baru saja terjadi.
Namun, ketika debu mereda setelah final yang menghasilkan 13 kartu kuning, tak ada kata lain kecuali respek untuk Sevilla, yang membutuhkan gol bunuh diri Gianluca Mancini untuk memaksakan extra-time, tapi akhirnya pantas untuk menang berkat kerjas keras mereka yang melebihi lawan.
Kontras dengan Roma, yang akan disiksa dengan penyesalan setelah menyia-nyiakan peluang-peluang yang lebih baik selama 120 menit lewat Tammy Abraham dan Andrea Belotti.
Lebih buruk dari itu, para fans mulai mencemaskan masa depan Mourinho, yang tampaknya akan meletakkan jabatannya di klub di musim panas ini kendati mampu memimpin Roma mencapai dua final UEFA beruntun.
Airsheaters menjabarkan pemenang dan pecundang dari laga menegangkan dengan aura yang buruk di Puskas Arena.
Pemenang: Paulo Dybala
Contents
Dybala jelas tidak sepenuhnya fit. Isu cedera sudah lama menjadi sumber frustrasi yang besar. Sang pemain berbakat diragukan, tapi Mourinho berani mengambil risiko besar dengan memainkan dia yang datang ke final ini di tengah perjuangan pulih total dari cedera engkel.
Bagaimanapun, Dybala adalah penyerang paling berbakat Roma. Berkali-kali di musim debutnya bagi klub ibu kota Italia, dia jadi pembeda, bahkan ketika jadi pemain cadangan. Jadi, benar-benar bukan kejutan melihat bintang Argentina ini memecahkan kebuntuan di Budapest.
Baca Juga : Dari Bintang Timor Leste Paulo Gali Hingga Samuel Eto’o: Daftar Pemain Yang Diduga Palsukan Umur
Itu bukan tembakan legendaris ala-ala pemain berkaki kiri, dengan bola melambung di atas kaki kiri Bono dan menembus gawang. Itu bukan tugas Dybala. Tentu saja, La Joya mengakhirinya dengan air mata seiring pemain 29 tahun itu terpaksa menonton tak berdaya selama adu penalti setelah ditarik keluar jauh sebelum waktu normal berakhir.
Namun, pemilihan Dybala terbukti mengundang risiko yang layak untuk diambil, sama seperti perekrutan dia di musim panas lalu, ditegaskan dengan 17 gol di musim yang terhambat karena cedera.
Pecundang: Tammy Abraham
Mourinho mungkin bukan satu-satunya high profile yang akan hengkang dari Roma musim panas ini, dengan Abraham baru-baru ini dikaitkan dengan kepulangan ke Liga Primer Inggris. Manchester United, Chelsea dan Aston Villa disebut tertarik dengan sang striker. Masing-masing fans mereka yang mengikuti kabar ini mungkin sekarang akan bertanya-tanya, kenapa.
Abraham melewatkan satu peluang emas yang menghampirinya ketika berjibaku di mulut gawang, dan mengakhiri dengan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencoba meyakinkan kompatriotnya, Anthony Taylor, bahwa dia telah dilanggar.
Tentu, tak bisa menilai seseorang hanya dari satu penampilan, tapi performa dia di laga ini sangat sesuai dengan keseluruhan kampanye Abraham. Dia mencetak 27 gol di tahun pertamanya di Roma, tapi musim ini dia benar-benar mengejutkan: hanya mengemas sembilan gol dalam 53 penampilan, menggambarkan dengan tepat mengapa Gareth Southgate meninggalkan anak London ini dari skuad untuk Piala Dunia 2022 lalu.
Pemenang: Jose Luis Mendilibar
Ada begitu banyak pembicaraan pra pertandingan yang berpusat pada Mourinho sehingga kerja hebat Jose Luis Mendilibar sejak mengambilalih Sevilla pada Maret hampir-hampir diabaikan. Ketika dia diterjunkan ke Ramon Sanchez Pizjuan, dia punya pekerjaan serius menyelamatkan tim, dengan Rojiblancos berada di urutan ke-14 klasemen dan terancam degradasi karena ketatnya persaingan di papan bawah La Liga.
Namun, Sevilla hanya kalah dua kali dari 11 pertandingan sejak saat itu untuk mengamankan keselamatan di sisa musim, dan di saat bersamaan mencapai final Liga Europa lagi. Itu semua berkat pelatih yang terakhir kali merasakan kompetisi kontinental ketika menangani Athletic Bilbao di Piala Intertoto 18 tahun lalu!
Kontrak Mendilibar berakhir di musim panas ini, tapi satu hal yang pasti bahwa dia akan ditawari kontrak baru setelah perputaran akhir musim Sevilla yang menakjubkan. Pria 62 tahun itu – yang sekarang jadi sosok juara Liga Europa tertua dalam sejarah – mengatakan sebelum final bahwa Mourinho “selalu jadi aktor utama” di banyak kesempatan, tapi sekarang, itu adalah dirinya.
Pecundang: Gianluca Mancini
Sementara Montiel merayakan tendangan penalti yang menentukan hanya beberapa bulan setelah juara Piala Dunia bersama Argentina, Gianluca Mancini merasakan penderitaan. Final ini mulanya berjalan sangat baik bagi sang bek sentral, yang mengkreasi terjadinya gol pembuka Dybala dengan umpan manja dari setengah area dalam Sevilla.
Namun, Mancini pula yang membelokkan umpan silang Jesus Navas yang membuat pertandingan jadi berimbang. Patah hati semakin menjadi-jadi ketika pemain 27 tahun itu gagal mengeksekusi penalti.
Aman dikatakan bahwa akan diperlukan waktu sebelum Mancini bisa bangkit dari kekalahan menyakitkan ini.